KISAH MENOLONG DAN MENYEMANGATI TEMAN KELAS MENGALAMI TINGGAL KELAS
KISAH MENOLONG DAN MENYEMANGATI TEMAN KELAS MENGALAMI TINGGAL KELAS
Kisah ini menceritakan pengalaman saya pada tahun 1980 bulan June, dimana teman satu kelas saya mengalami tinggal kelas di kelas 2 SMP. Dia menangis meraung raung setelah menerima raport dan mengetahui dia tidak naik kelas. Dia menjadi teman sekelas saya di kota Pematangsiantar pindahan dari sekolah dari Pulau Samosir. Sebelum pindah sekolah, orang tuanya memberikan satu ultimatum jika nantinya tidak naik kelas, maka dia harus berjanji tidak akan dibiayai lagi. Dalam pikiran teman saya ini, masa depan akan suram jika tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Hari pertama, Dia tidak mau makan makanan yang kami bawa dari dining hal. Dia merasa malu dilihat teman temannya sehingga tidak mau keluar dari kamar Asrama, karna kami tinggal satu kamar disekolah yang berasraama dengan adek saya. Kami membujuknya agar mau makan makanan yang kami bawa karena jika tidak makan, bisa sakit, dan itu akan menambah rasa kawatir kami.
Saya berpikir apa yang harus dilakukan dan bagaimana membantu teman saya ini, agar bisa tertolong dari masalah ini. Pada suatu malam saya mengajak dua orang teman sekelasku, pergi menemui kepala sekolah. Dengan pikiran yang sangat lugu dan keberanian yang cukup, kami mengetok pintu rumahnya dan kamipun dipersilahkan masuk dan duduk. Kepala Sekolah menanyakkan maksud kedatangan kami, saya menyampaikan, bahwa ada seorang teman kami yang saat ini sedang sedih oleh karena tinggal kelas. Kepala Sekolah menjelaskan bahwa siswa yang tinggal kelas ini dalam keadaan yang tidak dapat ditolong, karena nilainya sangat rendah. Saya menjawab, jika tidak naik kelas, maka orang tuanya tidak akan membiayai pendidikan selanjunyatnya. Kemudian saya melanjutkan, apakah nilai raport saya dapat “dikurangi” dan dipindahkan ke nilai teman kami tersebut, yang penting di dapat naik kelas. Kepala Sekolah itu menjawab ” keluguan pemikiran saya” dengan sedikit tersenyum dan kemudian menegaskan system penilaian seperti itu tidak dibenarkan di pendidikan manapun. Kamipun memahaminya dan pulang dipenuhi rasa kecewa namun mendapat suatu pengetahuan tentang bagaimana system penilaian raport yang benar.
Setelah gagal menghadap Kepala Sekolah, saya harus memikirkan cara lain untuk membantu teman saya yaitu bagaimana cara mendapatkan biaya pendidikan meskipun tidak mendapat support dari orang tua. Saya mengajaknya untuk bekerja selama liburan sekolah yang pada waktu itu sekitar dua bulan. Sekolah dimana kami menimba ilmu menyediakan lapangan pekerjaaan, seperti bekerja sebagai pemelihara bunga dan keindahan pekarangan sekolah. Ada yang bekerja memasak makanan, atau tukang, jenitor di Asrama, rauangan sekolah. Ajakan kami yang terus menerus, dengan tidak putus harap, teman kami ini memahami maksud dan ketulus hati kami. Kami juga aka mengajari dan membantu mengerjakan setiap tugas mata pelajaran. Oleh karena kami mempunyai badan kecil, kamipun bekerja di kebun sekolah, menanam sayur-sayuran , ubi, kacang, dll.
Setelah kami melewati masa liburan sekolah, waktu pendaftaran segera tiba, kami masih tetap bekerja hingga pendaftaran hari kedua. Di sore hari kedua kami pun mendaftarkan diri, kepala keuangan bertanya berapa uang yang kami sudah setor ke sekolah, oleh karena jawaban kami bekerja selama liburan, kamipun diterima dengan baik. Pendaftaran sekolahpun beres dan kami memulai mengikuti pelajaran sekolah. Teman saya memulai pelajaran dengan antusias, suatu tekad memperbaiki nilai dengan belajar sungguh sungguh dilakukan. Adek saya yang kebetulan juara kelas, saya minta untuk mengajarinya dengan baik, mereka duduk satu bangku, dan kami tetap tinggal satu kamar. Hari demi hari kami lalui dengan baik, kamipun bekerja setelah jam sekolah berakhir untuk mendapatkan tambahan uang sekolah. Saya dan adek saya mengajari teman saya ini disetiap mata pelajaran sekolah. Lalu kami juga meminta agar mengirimkan surat kepada orang tuanya, untuk memohon agar mau membatu dan mendukung mengirimkan uang sekolah, serta minta maaf kepada orang tua karena tinggal kelas. Disertai dengan usaha yang tidak pernah putus asa, juga dengan doa, sebelum ujian di semester dimulai , suatu suka cita kami karna orang tua teman saya mau kembali membiayai uang sekolah dengan mengirimkan uang sekolahnya.
Teman saya ini akhirnya dapat menyelesaikan pendidikannya dari SMP terus sampai ke SMA, dan tidak pernah tinggal kelas sejak pengalaman pahit itu. Kami menjadi sahabat yang baik sampai kami melanjutkan pendidikan kami ke tingkat Universitas, dan kami belum pernah bertemu hinga sekarang sejak tahun 1984, setelah menyelesaikan pendidikan SMA. Saya sudah sangat merindukan temanku in, sekitar tahun 2010 saya mendengar bahwa dia tinggal di kota Batam , namun mendapat info bahwa sdh pindah, kini tidak tau beliau tinggal dimana. Semoga suatu saat kami dapat bertemu kembali.